syiarmu.com
Oleh : Mochammad Irfani
Ahad, 28 April 2024
Persyarikatan Muhammadiyah sebagai lembaga dakwah, tak henti-hentinya meluluskan wisudan Al-Islam. Gelar yang mereka sandang Sarjana Agama (SAg) & Sarjana Hukum Islam (SHI).
Mereka hadir ditengah-tengah lembaga pendidikan sebagai pendidik akhlak calon generasi penerus bangsa. Di mimbar-mimbar masjid mereka berdiri untuk bersuara menyampaikan Kalam Ilahi disamping duduk bersimpuh memenuhi undangan panitia untuk mengisi sebuah kajian Al-Islam.
Jumlah mereka tidak bisa dibilang sedikit, tapi anehnya muncul kalimat bahwa persyarikatan ini krisis ulama. Kalimat krisis ulama menggema bukan karena jumlahnya yang kurang, melainkan perihal kedalaman ilmu.
Kedalaman mengupas sebuah ayat, bukan hanya membacakan ayat Al-Qur’an dan menterjemahkan ke dalam bahasa lokal. Mengupas kata demi kata, bahkan huruf demi huruf. Selain pula paham asbabul nuzul_ ayat-ayat yang disampaikan dan menterjemahkan dalam masa kekinian.
Warga sepuh persyarikatan rindu, akan ulasan ayat dari ulama-ulama yang telah berpulang kepada Allah, uraian begitu dalam hingga membuat air mata berlinang.


Bisa jadi kecemburuan warga muda persyarikatan ketika membandingkan ustadz mereka dengan ustadz “sebelah”, yang tampak lancar berbahasa arab, hafal banyak surat, paham asbabul nuzul dan memberikan contoh kasus zaman now, serta runut dalam penyampaian. Itulah yang mereka harapkan ada banyak di persyarikatan Muhammadiyah.
Ustadz-ustadz kita terhenti dalam memperdalam ilmu, sehingga saat ini kita krisis ulama, benarkah sangkaan tersebut? Bisa jadi benar juga bisa jadi salah. Yang utama saat ini bukan menyalahkan, tapi membangkitkan semangat kita semua untuk kembali belajar. Bukan hanya untuk ustadz, tapi kita semua.
Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قالَ مُوسى لِفَتاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُباً
(Ingatlah) ketika Musa berkata pada (pemuda) pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun”.
Nabi Musa bertekat kuat untuk belajar, meski beliau termasuk ulul azmi. Jabir bin Abdullah berkendara unta selama 1 bulan dari Madinah ke Syam, hanya untuk sebuah hadits.
Sudah samakah semangat kita belajar, seperti ulama-ulama terdahulu?. Inilah yang jadi PR besar kita semua. Semoga Allah memberikan Taufik-Nya pada kita semua, aamiiin.
Mochammad Irfani
Ketua PRM Genting Asemrowo
