Surabaya, syiarmu.com – Pada Kamis (14/3/24) Ustadz M Yusuf SThI mengisi kajian subuh di Masjid At Taqwa Jalan Alun-alun Bangunsari Selatan 7-9 Surabaya.
Setiap manusia yang sudah berkeluarga tentu ketika memiliki seorang anak sebagai amanah dari Allah swt. mempunyai harapan di antaranya :
- Seperti termaktub dalam Alquran QS. Al Furqon ayat 74
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
- Menjadi anak yang penyejuk hati (qurrata a’yun). Setiap orang tua pasti menginginkan agar anaknya jangan sampai menjadi generasi yang lemah sebagaimana telah dilukiskan dalam QS. An Nisa ayat 9.
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْاقولا سديد
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Dan ingatlah sesungguhnya Allah juga memperingatkan kita bahwa sesungguhnya anak dan istrimu itu:
- Anak sebagai hiasan (QS. Al Kahfi: 46). “Al malu wal banuna zinatahu”. Sesungguhnya anak-anakmu itu hanya sebagai hiasan dalam hidupmu
- Anakmu itu merupakan fitnah sebagaimana Allah telah melukiskan dalam QS. At Taghobun ayat 15 “Innamaa amwaalakum wa aula dukum fitnah” yang artinya ssungguhnya anak dan istrimu adalah fitnah.
- Sesungguhnya anakmu itu adalah musuh bagimu sebagaimana telah dilukiskan dalam QS. At Taghobun ayat 14 yang berbunyi “Yaa ayyuhalladzinaa inna min azwajikum wa aulaa dikum aduwwallakum fahdarahum” yang artinya sesungguhnya istri dan anak kalian itu musuh bagimu maka waspadalah.
Lalu bagaimana sikap orang tua terhadap anak-anak kita, maka solusinya antara lain:
- Kita harus sering berkomunikasi dengan istri dan anak kita dengan tatap wajah secara langsung, bukan kita sang ayah pegang HP ,istri pegang HP, anak semua pegang HP. Lalu kita tidak pernah sama sekali bertatap muka dengan istri dan anak kita.
- Tanamkan pada anak kita yang masih kecil untuk mengikuti pendidikan yang berkarakter yang dimulai sejak usia TK, SD, dan bahkan sampai SMP dengan bekal pendidikan agama serta jadikan anak kita pandai mengaji dan syukur jika menjadi hafidz quran.
- Ajarkan kepada anak kita budaya sopan santun dan taat dalam menjalankan ibadah. Sehingga saat kita sudah usia senja, mereka dekat dengan orang tua dan selalu menyejukan hati dengan alunan hafidz Qur’an. Jangan sampai ketika kita sebagai orang tua di saat meninggal dunia anak-anak kita tidak bisa menshalatkan orang tuanya.
Ingat cerita Habibi yang menyesalkan putranya yang ahli dan mahir dalam teknologi. Namun, merasa kurang mendidik anaknya dengan pendidikan religi. Sehingga pada akhir masa tuanya Habibi ingin ilmu agama yang dimiliki anaknya itu bisa dipraktikkan pada saat Habibi usia tua. (Yusuf/Endar)