Surabaya, syiarmu.com – Pada Ahad (5/1/25) diadakan pengajian Keluarga Sakinah. Agenda bulanan itu bertempat di Masjid Al Mukhlish, Jl. Krembangan Baru 7/15-17, Surabaya. Mubaligh pada acara tersebut yakni Ustadz Anang Wahid Cahyono Lc MHI. Tema yang disampaikan yaitu Alit Tapi Elit.
Kajian ini berfokus pada pembahasan surah al-Baqarah ayat 247-251. Ayat tersebut membahas tentang kisah Thalut sebagai raja bani Israil. Saat itu terjadi kekosongan kekuasaan politik usai nabi Musa wafat. Pada masa itu hanya terdapat pemimpin di bidang agama saja sedangkan politik tidak ada. Akhirnya, Thalut dipilih oleh Allah untuk menjadi raja.

Namun, ada keraguan bani Israil terhadap terpilihnya Thalut. Hal itu dikarenakan Thalut merupakan orang yang tidak berkecukupan dari segi harta. Bila dikaitkan zaman sekarang, ada pula fenomena orang enggan atau ragu merintis AUM kecil.
“Zaman sekarang juga sulit menjadi pemimpin kalau tidak punya uang. Bekerja dengan keringat lebih berharga daripada mendapat uang suap politik. Selain itu, bila politik dan agama berdampingan, maka akan menjadi baik,” ujar Wakil Ketua PDM Trenggalek itu.
Meskipun Thalut tidak berkecukupan, tetapi punya ilmu, wawasan luas, dan sehat. Itulah kriteria pemimpin yang baik. “Ciri orang berwawasan luas adalah tidak mudah menyalahkan,” ucap alumnus Pascasarjana UINSA itu.


Ada golongan yang tidak diperbolehkan ikut perang oleh Thalut. Kelompok itu yakni tua, sakit, memiliki hutang, orang kaya, pemuda yang belum menyentuh istrinya, dan orang yang belum selesai membangun rumah.
Golongan yang diwajibkan perang adalah orang yang muda, memiliki semangat yang tinggi, dan mempunyai kelonggaran, tidak merupakan golongan yang dilarang perang.
Thalut meminta kepada golongan itu bahwa bila ada sungai jangan diminum. Namun, tidak semua menaatinya. Ada yang minum sedikit bahkan minum banyak. Orang yang minum banyak dilarang perang sedangkan yang sedikit diampuni.
Orang tersebut imannya labil. Solusinya adalah berkumpul dengan orang yang baik. “Ayo majukan PCM Krembangan. Tidak apa-apa Muhammadiyah lebih minoritas yang penting kualitas,” pungkas Direktur MBS Trenggalek itu. (Fikri)
