Ramadhan sebagai Kawah Candradimuka bagi Umat Islam

Surabaya, syiarmu com – Pada Rabu (13/3/24) H. Soedjono, S.Pd., M.Pd. memberikan tausiah Ramadhan di masjid Al-Furqon, Kutisari Utara. Da’i segudang parikan tersebut menyampaikan tausiah bertema menjadi hamba yang kuat melalui puasa.

Puasa Ramadhan itu bukan siksaan atau ujian. Namun, puasa adalah wujud kasih sayang Allah swt. kepada hamba-Nya yang bernama manusia. Hal itu dikarenakan Allah ingin sekali mengangkat derajat, level, strata, serta tingkatan manusia menjadi lebih tinggi dan mulia. Allah tidak berharap manusia yang hidupnya hanya sekali di dunia ini hanya sekedar menjadi manusia yang biasa-biasa saja, menjadi penonton atau sebagai objek penderita saja. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah: 183

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Allah swt. berkeinginan sekali pasca-Ramadhan kita menjadi insan yang hebat, luar biasa, dan paling mulia di sisi Allah sebagai orang-orang yang bertaqwa. Allah berfirman:

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat : 13)

Jika diibaratkan dengan dunia pewayangan, kita ini seperti Raden Gatot Kaca, satria dari Kerajaan Pringgondani. Bapaknya bernama Bima/Werkudara/Berontoseno. Ibunya bernama Arimbi keturunan ‘Butho’ atau Raksasa.

Bulan Ramadhan diibaratkan Kawah Candradimuka. Ketika lahir, Raden Gatot Kaca itu jelek dan lemah. Namun, setelah dimasukkan ke Kawah Candradimuka, Raden Gatot Kaca menjadi satria yang sakti mandraguna.

Raden Gatot Kaca memiliki otot kawat balung wesi, sumsum gegana, dengkul paron, daging kencana, kulit tembaga, pupu mriem, driji gunting, sikut palu. Ora tedhas tapak paluning pande sisaning gurinda. Ngganggo caping basunanda, kotang antakusuma. Yen udan ora kudanan, yen panas ora kepanasen. Bisa mletik tanpa suthang, bisa mabur tanpa elar.

Jadi, momen Ramadhan haruslah benar-benar kita manfaatkan dengan benar dan bersungguh-sungguh dengan melakukan semua amal ibadah. Misalnya tadarrus Al-Qur’an, shalat tarawih, rowatib, berjamaah di masjid, i’tikaf, ta’jil, infaq, shodaqoh dll.

Marilah kita tidak sekadar berpuasa saja agar kita menjadi ‘Sakti Mandraguna’, melainkan juga menjadi orang-orang yang bertaqwa. Kalau tidak sekarang lalu kapan lagi? (Soedjono/Fikri)

Tinggalkan komentar