Surabaya, syiarmu.com – Sebanyak dua belas anggota reporter cilik sekolah kreatif didampingi dua guru SD Muhammadiyah 20 Surabaya melakukan kunjungan langsung ke museum pendidikan Surabaya, pada Selasa (30/4/24).
Setelah berada di gedung yang termasuk cagar budaya itu, Qonita Inda Nur Absari melakukan opening. “Halo guys, kita lagi ada di museum pendidikan. Kita di sini bersama 12 anak dan dua guru pendamping. Di sini juga ada Syifa.
Yuk, ikuti kita keliling museum,” ucap siswi kelas 5 yang akrab dipanggil Sari tersebut.
Di dalam gedung yang dulunya merupakan sekolah Taman Siswa Surabaya ini, tim Reporter Cilik SDM 20 yang berlokasi di kawasan pasar Tembok ini melihat sistem pembelajaran pada masa kerajaan saat itu. Belajar bukan di dalam kelas dan banyak anak. Akan tetapi, ada miniatur dua orang. Satu guru dan satu murid sedang belajar di luar kelas.
Museum pendidikan memiliki beragam barang yang menarik. Maury Husna mengungkapkan barang di museum yang didapat dari kolektor.

“Kolektor itu orang yang mengoleksi barang unik. Ketika barangnya sudah langka, kolektor menjualnya dengan harga mahal. Kemudian pihak museum membeli barang dari kolektor untuk dipajang di sini,” ungkap Maury setelah mendapat penjelasan dari pemandu musuem.
Banyak barang dan spot foto membuat Alya tertarik memfoto beberapa koleksi yang ada di museum. “Satu barang yang paling unik yaitu sepeda motor yang terdapat alat mengayuh bagai sepeda angin,” kata Alya
Kemudian, Vanezza sangat tertarik dengan mesin ketik royal. “Dari wujud barang, alatnya sangat unik. Apalagi mesin ketik ini sudah digunakan SMAN 5 pada 1955. Namun, mesin ketik ini tidak pernah dijumpai lagi karena sudah ada gadget atau laptop untuk mengetik,” tuturnya.

Terkait asal-usul didirikannya museum pendidikan Surabaya, para TIM Repcil Mboiis mendapatkan informasi dari kak Nanda.
“Gedung ini merupakan peninggalan Belanda pada masa penjajahan. Jadi, gedung ini termasuk cagar budaya sehingga dilestarikan jadi museum pendidikan. Dulu, gedung ini merupakan sekolah Taman Siswa Surabaya. Namun, sekolahnya pindah ke Surabaya Barat dan supaya tidak terbengkalai maka gedung ini ‘disulap’ jadi museum pendidikan,” urainya.
Museum pendidikan dikerjakan sejak 2018. Setahun kemudian, museum pendidikan diresmikan Walikota Surabaya kala itu, Tri Rismaharini. Namun belum genap setahun dibuka, museum ditutup karena masa pandemi.
Keberadaan museum pendidikan di Surabaya bagian tengah sangat berarti bagi anak didik yang bersekolah sehingga bisa menjadi tempat wisata edukasi. Para siswa tidak perlu ke tempat yang jauh seperti di luar kota. (Inara Hana/Fikri)