Surabaya, syiarmu.com – Pada Ahad (1/12/24) diadakan pengajian Keluarga Sakinah. Agenda bulanan itu bertema “Antara Organisasi, Profesi, dan Keluarga dalam Muhammadiyah”. Mubaligh pada acara tersebut yakni Ketua PDM Kabupaten Malang Dr M Nurul Humaidi MAg. Acara itu diadakan di Mushollah Al Bayan, Jl. Sedayu VII No. 34 Surabaya.
Ustadz Humaidi pada awal kajian mengatakan bahwa bermuhammadiyah harus dengan perasaan yang bahagia dan ikhlas. Orang yang bersungguh-sungguh dalam bermuhammadiyah tentu akan melakukan beragam amal yang ikhlas. “Bermuhammadiyah merupakan pilihan yang tepat. Perbuatan baik akan berdampak kepada kehidupan dunia dan akhirat,” imbuhnya.

Ustadz Humaidi juga menceritakan tiga kisah keteladanan Ahmad Dahlan dalam bermuhammadiyah. Kisah pertama adalah ketika putra Ahmad Dahlan sakit. Ketika itu, Dahlan berpamitan kepada murid-muridnya untuk menengok anaknya dan berjanji akan kembali mengajar.
Sesampainya di rumah, Dahlan berkata kepada anaknya agar berdoa kepada Allah. Hal itu karena Allah-lah yang mendatangkan rasa sakit dan kesembuhan. “Tetapi jika Allah berkehendak engkau menemui ajal, pergilah dengan perasaan tenang dan kuatkan hatimu karena hidup dan mati ada di tangan Allah,” tuturnya.
Berdasarkan kisah tersebut, Dahlan langsung mengajarkan dan mempraktikkan akidah yang kuat kepada anak dan istrinya.


Kisah kedua adalah ketika murid Dahlan bertanya tentang apa yang didapat ketika mengurus Muhammadiyah. Dahlan lantas mengatakan kalimat yang sampai saat ini begitu dikenal oleh warga Muhammadiyah.
“Hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah”.
Dalam membangun masjid, Muhammadiyah pun tidak meminta-minta di jalan. Hal itu dikarenakan Muhammadiyah bersifat mandiri.
Kisah ketiga adalah ketika Ahmad Dahlan sakit. Dahlan dinasihati agar beristirahat. Akan tetapi, Dahlan tetap berdakwah di tempat istirahatnya kala sakit.
Jelang akhir kajian, Ustadz Humaidi berpesan dua hal. Pertama, warga Muhammadiyah harus mampu menyeimbangkan antara dakwah di masyarakat dan keluarga. Kedua, keluarga Muhammadiyah harus sakinah. (Fikri)
