Surabaya, syiarmu.com – Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat nabi yang muda dan cerdas, dan beliau Radhiyallahu ‘anhu adalah menjadi menantu Nabi Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wa Sallaam. Ali bin Abi Thalib juga pernah ditunjuk untuk menjadi khalifah yang keempat.
Hal itulah yang diujarkan ustadz Drs. H. Sholeh AZ MSi di masjid Al Islam. Tausiah yang disampaikan pada Kamis (4/4/24) itu bertema empat prinsip Ali bin Abi Thalib.
Pertama, barangsiapa yang merindukan surga maka dia akan segera berbuat kebaikan. Janganlah menunda untuk berbuat kebaikan. Setiap ada kesempatan untuk berbuat baik maka hendaknya segera mengambil kesempatan itu.
Jika ada kelebihan rezeki maka segera keluarkan sedekah dan infaq. Hal itu dilakukan agar ketika mengalami kesempitan dalam rezeki maka kita sudah mempunyai bekal sedekah dan infaq ketika kaya dan berkecukupan.
Kedua, barangsiapa yang takut siksa neraka maka dia akan segera berhenti berbuat maksiat. Hal itu dikarenakan siksaan yang paling ringan di neraka adalah panas di dunia dengan air yang mendidih dikalikan 70 kali dan itulah panasnya api neraka.
Banyak juga yang sudah dimasukkan di neraka ingin dikembalikan hidupnya agar bisa berbuat baik dan bisa bersedekah. Padahal sudah tidak ada kehidupan lagi kecuali apa yang dia dapatkan saat ini adalah hasil dari amal yang dia perbuat di dunia.


Oleh karena itu, jika kita takut dan ingat akan siksaan yang ada di neraka, hendaknya berhenti untuk berbuat maksiat.
Ketiga, barangsiapa yang meyakini akan datangnya kematian maka dia harus siap sebelum kematian datang kepadanya. Allah Subhaanahu wa Ta’alaa berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al Ankabut: 57)
Kematian akan datang kepada siapa saja yang memiliki jiwa, baik yang masih muda, tua, sehat, sakit, kaya, miskin, semuanya akan mengalami kematian.
Jika kita sudah siap menghadapi kematian maka kita pasti akan dipanggil oleh Allah dalam keadaan ridha dan dalam keadaan mudah. Sebagaimana Allah berfirman:
ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ
Artinya: Kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. (QS. Al Fajr: 28)
Ketika kematian menghadap maka di dalam kubur yang menemani hanyalah amalan kita. Oleh sebab itu, ketika hidup di dunia hendaknya kita memperbanyak amalan agar kita siap untuk menghadapi kematian.
Keempat, dunia tempat ujian dari Allah. Olek karena itu, semua musibah dan cobaan akan menjadi ringan.
Setiap manusia akan menghadapi ujian. Ujian kehidupan manusia tentunya berbeda-beda. Ada yang diuji dengan hartanya, ada yang diuji dengan kesehatannya, ada yang diuji dengan keluarganya, dan sebagainya. Allah Subhaanahu wa Ta’alaa berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah : 153)
Dalam ayat lain Allah juga berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 155)
Jika kita sudah mengetahui bahwa kehidupan dunia ini adalah sebagai tempat untuk ujian, seharusnya dihadapi dengan sabar dan ikhlas hanya mengharap ridha dari Allah Subhaanahu wa Ta’alaa. (Wahid/Fikri)
